Legenda tentang seorang petani miskin bernama Marhaen . Mang Darmin adalah salah satu cucu Marhaen itu. Ki Marhaen memiliki tujuh cucu termasuk Mang Darmin cucu nomor tiga. Suatu hari Soekarno bertemu dengan Marhaen secara kebetulan ketika sedang berjalan- jalan di daerah Cigereleng, Bandung. Dia Melihat seorang petani yang sedang menggarap sawah dan kemudian menghampirinya serta mengajak Marhaen berbicara. | Cover Book "Sukarno A Political Biography | Source John D Legge, mantan guru besar sejarah di Monash University Australia di dalam bukunya yang berjudul " Sukarno A Political Biography " juga mendeskripsikan pembicaraan Soekarno dengan Marhaen. Dialog antara Soekarno (Bung Karno) dan seorang petani miskin bernama Marhaen sebagai berikut ; "Milik siapa tanah ini ?" tanya Soekarno." "Saya", jawab Marhaen. "Cangkul ini milik siapa ?" "Saya." "Kalau peralatan- peralatan itu semua milik
Petani merupakan seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk mengembangkan atau memelihara tanaman pangan, tanaman hortikultura. Petani pun mengharapkan memperoleh hasil setelah memelihara tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun usaha yang sedang mereka lakukan. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri seperti serelia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, tembakau untuk rokok (udud), padi untuk pangan, wol untuk pakaian, dan lain- lainnya. Setiap orang bisa menjadi petani, asalkan punya sebidang tanah atau lebih untuk memulai memelihara tanaman. Bukan berarti pemilik tanah harus mencangkul tanah dan memelihara tanaman seorang diri. Akan tetapi bisa mempekerjakan orang lain untuk memelihara tanaman milik pemilik tanah dan bisa kerja sama dengan bergabung di dalam organisasi poktan (kelompok tani) atau Gapoktan ( Gabungan Kelompok Tani) agar bisa menghasilkan banyak pendapatan di ban